Menyenangi Membuang Makanan? Ini Imbasnya bagi Kelangsungan Hidup Manusia dan Lingkungan

Food waste adalah tiap-tiap-tiap-tiap makanan yang sebetulnya dapat dikonsumsi, tetapi dibuang atau batal untuk dikonsumsi dengan alasan tertentu. Dalam hal ini termasuk makanan layak konsumsi dan utuh yang tidak dihabiskan; makanan yang telah melalui tanggal kedaluwarsa walau masih dapat dikonsumsi; maupun makanan segar yang dianggap tidak cocok standar sehingga dibuang. Food waste biasanya terjadi di tahap akhir rantai produksi pangan, serta berhubungan dengan perilaku konsumen dan mekanisme dalam menyimpan makanan.

Berdasarkan penelitian Food Sustainability Index di tahun 2017, didapatkan data bahwa pada lazimnya masyarakat Indonesia membuang makanan dengan jumlah mencapai 300 kg per individu tiap-tiap tahun dan bila dikalikan dengan jumlah penduduk menjadi sekitar 87 juta ton limbah makanan per tahunnya. Dengan hal ini, Indonesia bet 10 ribu menempati peringkat kedua sebagai negara penyumbang sampah makanan terbesar di dunia setelah Arab Saudi.

Dalam food waste, sektor rumah tangga menjadi kontributor tertinggi, adalah 48% dari total timbulan sampah. Sisanya berasal dari pasar tradisional sebesar 24%, fasilitas publik sebesar 19%, serta kawasan komersial sebesar 9%. Kondisi ini jelas memprihatinkan sekaligus memunculkan ironi tersendiri. Lantaran di ketika yang sama, masih banyak masyarakat yang kekurangan pangan hingga kelaparan, di mana sepatutnya jumlah hal yang demikian bisa menghidupi sekitar 11% atau 28 juta penduduk di Indonesia.

Di samping itu, limbah makanan yang tidak dikelola dengan baik, nyatanya membawa akibat berbahaya bagi lingkungan. Bermula pada sampah makanan yang dibuang dan tertimbun akan mulai membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Setelahnya, sampah hal yang demikian akan terdegradasi dan menghasilkan gas metana yang seimbang dengan emisi greenhouse gas. Imbas ini akan turut berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Lebih lanjut, kadar gas metana yang dilepaskan ke udara menyebabkan menipisnya lapisan ozon dan berkurangnya kadar oksigen.

Tidak lain yang dapat ditimbulkan oleh sampah makanan adalah pemborosan air, kerusakan kandungan tanah, berkurangnya keberagaman makhluk hidup, hingga bencana ledakan sampah seperti peristiwa meledaknya TPA Leuwigajah di Cimahi pada 2005 lalu. Imbas hal yang demikian terjadi akibat tumpukan sampah organik dan anorganik yang menghasilkan gas metana, kemudian meledak setelah terjadi hujan dan menyebabkan longsor serta menewaskan 143 jiwa.

Pun sampai disitu, food waste ternyata juga memberikan akibat pada sektor ekonomi dan sosial. Karena dengan kerugian ekonomi yang mencapai Rp213 triliun – Rp551 triliun per tahunnya atau seimbang dengan 4 hingga 5 persen produk dalam negeri bruto (PDB) Indonesia. Sementara itu dari aspek sosial, Indonesia telah kehilangan kandungan daya yang seimbang dengan porsi makan 61 juta – 125 juta orang atau 29 hingga 47 persen populasi.

Seiring bertambahnya populasi manusia, permintaan konsumsi makanan bahkan akan semakin meningkat. Mengamati di tahun 2050, bumi diperkirakan akan dipenuhi dengan sembilan miliar manusia, yang artinya bumi perlu memproduksi 50% lebih banyak pangan sekiranya tren konsumsi seperti ketika ini terus mengalami keberlanjutan.

Oleh karenanya, adat istiadat membuang makanan harus segera dihentikan slot garansi 100 agar sumber kekuatan tidak terbuang dengan percuma. Tetapi membuang makanan sama saja dengan membuang sumber kekuatan produksi pangan yang meliputi lahan, air, dan daya.

Teladan semakin peliknya permasalahan sampah makanan hal yang demikian, berikut tiga kontribusi kongkret yang dapat dimulai oleh tiap-tiap-tiap-tiap individu sebagai usaha mengurangi tingkat food waste di masa akan datang. Pertama, rencanakan secara khusus dahulu sebelum membeli. Imbas ini dapat dimulai dengan membuat daftar belanja yang dibutuhkan dan sekiranya dapat dihabiskan sebelum tanggal kedaluwarsa. Kemudian, masak bahan makanan dalam jumlah yang cocok dan upayakan agar tidak menyisakan makanan.

Kedua, gunakan teknik penyimpanan makanan yang ideal. Untuk memperpanjang masa konsumsi, simpan makanan di lemari pendingin agar dapat memperlambat dan menekan kemungkinan terjadinya food waste. Karenanya, perlu dipastikan makanan yang dibeli sebelumnya telah habis agar tidak terjadi pemborosan.

Ketiga, mengolah kembali bahan makanan yang tidak bisa dimakan. yang dapat dijalankan adalah memakai kulit buah-buahan seperti apel atau jeruk untuk pembuatan selai atau pengharum ruangan; menggunakan sisa sayur dan buah untuk pembuatan kompos atau pupuk; serta mengolah sampah makanan dengan biodigester atau penambahan mikroorganisme untuk diubah menjadi biogas.

kali kita tidak tahu seberapa sering kali menyisakan makanan dan akibat apa yang akan ditimbulkan bagi keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan sekitar. dari itu, perlu dibangun kesadaran terkait pengelolaan gaya hidup yang lebih efisien slot bet kecil dan tidak mubazir, sebagai usaha mengurangi limbah makanan agar dapat dirasakan manfaatnya di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *